Home » » Golongan yang Menyimpang dari Af’alullah Mukhtar

Golongan yang Menyimpang dari Af’alullah Mukhtar

Golongan yang menyimpang I’tikadnya dari Af’alullah ialah :
Kafir Fulasifah, yang mengi’tikadkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan makhluk adalah buatan Alloh, hanya Dzat Allohnya bersatu dengan alam, sehingga mereka menyebutkan bahwa alam itu Qodim.
Kafir Najjariyah, yang mengi’tikadkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan makhluk itu hasil pekerjaan Alloh yang mukhtar, namun apabila sesuai dengan ikhtiar makhluk itu buatan makhluk, apabila tidak sesuai dengan ikhtiar makhluk itu buatan Alloh.
Kafir Mu’tazilah, yang mengi’tikadkan bahwa seluruh kebaikan itu adalah ciptaan Alloh, tapi kalau seluruh kejelekan adalah buatan makhluk, mereka berdalil dengan firman Alloh dalam surat an-Nisa ayat 79 :

… مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنْ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Artinya : Apa saja kebaikan yang kami peroleh adalaah dari Alloh, dan apa saja seluruh kejelekan (kesalahan) itu diperoleh dari dirimu sendiri.

Padahal ayat ini menurut Ahlus-Sunnaah adalah ayat kesopanan, jangan sampai ada fenomena-fenomena yang tidak baik disandarkan kepada Alloh, karena pada dasarnya yang mengerjakan kebaikan itu adalah Alloh. Sebagaimana firman-Nya dalam ayat sebelumnya (an-Nisa) ayat 78 :

… قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ …

Artinya : Katakanlah olehmu, bahwa seluruh kejadian (kebaikan atau kejelekan) adalah buatan Alloh.
Kafir Thoba’iyyah, yang mengi’tikadkan bahwa dengan kebiasaan sesuatu (watak makhluk) bisa menghasilkan atsar kerja, seperti adanya hangus karena adanya api.
Kafir Jabbariyyah (kaafir Zindik), yang mengi’tikadkan bahwa makhluk tidak mempunyai daya ikhtiar, semua yang terjadi dan menjadi adalah buatan Alloh.
Kafir Qodariyyah terbagi dua golongan :
  • Yang mengi’tikadkan bahwa makhluk mempunyai atsar kerja dan hasil pekerjaannya diperoleh kerja dengan Alloh
  • Yang mengi’tikadkan bahwa makhluk mempunyai atsar kerja (kemampuan), namun kemampuannya merupakan pemberian dari Alloh
Golongan ahli Bid’ah, yang mengi’tikadkan bahwa adat mempunyai kekuatan yang dititipkan oleh Alloh, seperti obat mampu menyembuhkan, yang kemampuannya titipan dari Alloh.
Mukmin Jahil (bodoh), yang mengi’tikadkan bahwa seluruh kejadian adalah buatan Alloh hanya dalam Af’alulloh Mukhtar yang ada persambungan adatnya, mereka memastikan tidak ada kegagalan adat.
I’tikad ahlussunah sebagaimana diterangkan di atas, Alloh mewajibkan ikhtiar kepada seluruh manusia semaksimal mungkin, tapi bila tidak berhasil itu berarti Af’alulloh Mukhtar menjadi Mudthor, karena persambungan ‘adat mumkin gagalnya.
Dan ingatlah, aqidah ahlisunnah adalah yang terhimpit antara i’tikad-i’tikad yang batil, seperti telah difirmankan Alloh dalam surat an-Nahl ayat 66 :

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Artinya : Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajarn bagi kamau. Kami memberimu minum dari apa yang berada didalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

Ditulis ulang dari buku ‘Aqidah Islamiyyah, KH. Choer Affandi, Miftahul Huda Tasikmalaya

0 comments:

Post a Comment