BIOGRAFI MAMA SEMPUR-PURWAKARTA

Mama Sempur, seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered, 14 km dari kota Purwakarta.
KH Tubagus Ahmad Bakri Tidak diketahui secara pasti kapan beliau dilahirkan. Tapi yang jelas Tubagus Ahmad Bakri adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh di daerah Purwakarta. Bahkan hampir bisa dipastikan bahwa karena jasa beliaulah sejumlah pesantren berdiri di daerah tersebut. Tidak hanya itu, di kalangan masyarakat Jawa Barat nama Ahmad Bakri sangat terkenal sebagai guru tarekat tertinggi dalam ajaran tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah
Ayah beliau, Tubagus.Muhammad Saiydah Bin Tubagus Hasan Arsyid Bin Muhammad Mukhtar Bin Shulthan Abdul Fatah. Hjrah dari Banten ke daerah Plered tepatnya Citeko..Mama Sempur lahir di Citeko Plered.

Tubagus Ahmad Bakri Pernah belajar di Mekah. Pada waktu itu, tradisi belajar ke Timur Tengah sangat lazim di kalangan kiai tradisional. Di Mekah ia belajar tafsir kepada Sayyid Ahmad Dahlan, salah seorang ulama besar yang mengajarkan Islam Madzhab Syafi'i.

Di sana, ia juga belajar pada ulama Nusantara yang menetap di Mekah, yaitu Syekh Nawawi Al Bantani bin Umar Al Bantani dan Syekh Mahfud bin Abdulloh bin Abdul Mannan Atturmusy. Khususnya kepada Syekh Nawawi Al Bantani, Ahmad Bakri belajar fikih. selain belajar di mekkah beliau juga pernah belajar kepada Syekh al Habib Utsman bin Abdulloh bin Aqil bin Yahya Mufti .dan Syaikh Kholil bin Abdul Lathief .Demikanlah, KH Tubagus Ahmad Bakri mendalami pengetahuan agamanya dengan berguru kepada ulama Nusantara yang begitu terkenal.dan masih banyak lagi Ulama yang beliau timba ilmunya. Dalam keyakinan pelajar jawa bahwa mereka akan dianggap menyempurnakan pelajaran apabila mendapat bimbingan terakhir dari ulama kenamaan kelahiran Jawa (Zamahsyari, 1981).

 Setelah pulang ke tanah air, Kiai Ahmad Bakri mendirikan sebuah pesantren di Darangdang, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Demikianlah untuk selanjutnya ia mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut.
Pemikirannya Untuk mengungkap pemikirannya kita dapat melacaksejumlah catatan kecil yang ditulisnya,ceramah-ceramah serta kandungan kitab yang ditulisnya.Dalam Cempaka Dilaga, misalnya, KH Ahmad Bakrimenjelaskan beberapa prinsip hidup yang harus dilakonioleh umat Islam. Yaitu keharusan berbuat baik terhadaptetangga agar kita dapat hidup di dunia dengan aman,terutama aman dalam ibadah dan mengabdi kepada Allah.

Di bagian lain kitab ini, ia berpendapat bahwa seorang muslim hendaknya patuh dan menaati pemerintah --bahkan terhadap pemerintah yang lalim sekalipun selamapemerintah tidak memerintahkan rakyatnya untukmenyalahi perintah Allah atau melarang untuk berbaktikepada Allah SWT.Selain itu, Ahmad Bakri menjelaskan bahwa dalammengambil seorang muslim hendaknya padaprinsip-prinsip Ushul Fikih. Misalnya ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tidak dapat dihindari, maka menurutnya orang tersebut hendaknya memilih perbuatan yang paling sedikit mudaratnyd(akhaf al-dlaruryn). Ia juga menganjurkan agar seseorang mendahulukan untuk menolak mafsadat daripada melakukan pekerjaan yang mendatangkan manfaat. Menurutnya, menghindari mafsadah lebih utama ketimbang mencari manfaat.KH Ahmad Bakri juga memperbincangkan perilaku manusiayang sangat mendasar, yaitu makan.
 Menurutnya, makan
merupakan kewajiban, dan oleh karenanya makan termasuk bagian dari ajaran agama Islam. Karena makan merupakan salah sendi yang dapat menguatkan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. dan melakukan perintah-perintah-Nya.Lebih lanjut KH Ahmad Bakri menjelaskan bahwa seseorang sejatinya mengetahui etika makan.

Dengandemikian, seseorang dapat mencapai manfaat makan sehingga makan dapat dinilai sebagai ibadah.Ahmad Bakri termasuk ulama yang tidak sepakat denganajaran Wahabi yang berkembang di Mekah. Bahkan ia menilai bahwa Muhammad Abdul Wahab, pendiri Wahabi,adalah musuh Rasulullah Saw. Ketidaksepakatan terhadapajaran tersebut dituangkannya dalarn sebuah bukunya yang berjudul Idhah al-Kardtiniyah fi Ma Yata'allaqubi Dhalat al-Wahabiyah.

Selain itu, Ahmad Bakri juga menyinggung persoalanpendidikan. Sebagaimana di ketahui, ia hidup pada masapeperangan dan pada saat itu banyak orang yang ikutberperang melawan penjajah. Disinilah ia menangkaprealitas di mana pendidikan begitu terabaikan.Menyikapi kenyataan ini, ia menyatakan perlunyasebagian orang untuk tetap memperhatikan pendidikandan tidak ikut berperang. Untuk mengukuhkanpendapatnya, ia mengutip ayat al-Qur'an, khususnyasurat At-Taubah ayat 22.Meskipun Ahmad Bakri tidak terlibat langsung dalam kancah politik, namun pandangangan-pandangan dan pilihan politiknya diikuti oleh masyarakat setempat.Ia bukanlah tipe propagandis yang kerap memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Alih-alih memaksakan keinginannya, malah ia memberikan kebebasan kepadapara santrinya untuk menentukan sikap politiknya.

Demikianlah gambaran singkat tentang sosok yangrelatif moderat dalam menyikapi persoalan. Hanyalahsosok yang matang secara intelektual dan emosional-lahyang mampu menampilkan sikap moderat. Dan KH. TubagusAhmad Bakirlah yang memiliki kematangan intelektualdan emosional sekaligus. Beliau meninggal pada malamSenin, 1 Desember 1975 M bertepatan dengan tanggal 27Dzu al-Qa'dah 1395 H

Membenteng Aqidah Ahlissunnah


Oleh : Buya Yahya
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي حبَّب العبادة إلى المتقين، وحبَّب قلوبهم للانشغال بطاعة رب العالمين وجنبهم من البدعة والضلالة, والصلاة والسلام على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين
Muqoddimah
Sesuatu yang paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah aqidah yang benar. Maka ilmu yang membahas tentang aqidah yang benar adalah ilmu yang amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yang lainya. Dan diskusi-diskusi yang diadakan jika hal itu untuk membela dan menjaga aqidah yang benar maka itu adalah sebaik-baik diskusi. Saat ini kami sungguh sangat berbahagia jika pada kesempatan ini kami para alim ulama untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan bagaimana upaya kita untuk menjaga aqidah umat. Kami yakini bahwa kita semua akan senantiasa dalam lindungan dan pertolongan Allah sesuai janji Allah
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan mereka yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku sungguh Aku akan memberi petunjuk kepada mereka” (Al-Ankabut Ayat 69).
Menjaga aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yang diberikan oleh para ulama kepada mereka kapan dan dimanapun berada. Lebih-lebih disaat merebaknya fitnah-fitnah yang menggerogoti aqidah-aqidah seperti yang kita rasakan dan saksikan pada saat ini. Bahkan ada diantara kita yang sudah keropos aqidahnya namun ia tidak merasa tergerogoti. Umat islam adalah umat yang besar akan tetapi sering lengah dengan jumlah yang besar ini sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati hal-hal yang disusupkan musuh-musuh Allah dalam tubuh umat Islam. Maka dalam kesempatan pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yang benar untuk bisa menjadi bekal bagi kita didalam menegakkan dan menjaga aqidah umat Islam dunia dan Indonesia khususnya yang Alhamdulillah dari generasi ke gernerasi mereka pada aqidah yang benar yaitu ahlu sunnah wal jamaah.
Pertolongan pertama di zaman fitnah aqidah
Yang kami maksud pertolongan pertama dizaman fitnah aqidah ini adalah bagaimana kita menghadirkan hal terpenting dan mendesak yang dibutuhkan oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yang benar.
Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting akan tetapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena dari situlah kesesatan akan masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal sebuah identitas dan yang kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.
1. Mengenal sebuah identitas
Di dalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar sangat sulit kalau seandainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan yang sesaat. Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah identitas diri kebenaran aqidahnya bisa dengan sangat mudah di jaga dan di kontrol agar seseorang tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau sesat. Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam keseharian mereka mulai dari tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid secara bersamaan (asroqolan atau marhabanan) yang sungguh itu semua adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi ciri khas aqidah yang benar biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih penting bukan di dalam amaliah-amaliyah tersebut.
Kalau kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang seorang muslim awam ahlu sunnah wal jamaah dengan kualitas aqidahnya yang sudah benar akan tetapi dia tidak mampu untuk menjelaskan ahlu sunnah wal jamaah dengan panjang dan lebar dengan pemaparan ilmiyah. Padahal sebetulnya penjabaran makna aqidah ahlu sunnah wal jamaah secara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh ulama-ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.
Cara penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa disaat fitnah aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi disaat fitnah aqidah merebak dimana-mana dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi. Kita harus bisa mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan disaat munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah ahli sunnah wal jamaah. Orang-orang awam pun diam karena tidak tahu kalau mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak mengenal identitas mereka sendiri.
Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara hakikatnya memang kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit dan bukan subtansi aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam kondisi mendesak dan darurat kami anggap mengenal identitas diri saat ini amat diperlukan yaitu disaat merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu-pemalsu aqidah.
Sebab lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah karena banyaknya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlu sunnah. Yang mereka pun yang menggemborkan syi’ar dan slogan ahlu sunnah wal jamaah dan menamakan diri mereka ahlu sunnah wal jamaah. Jadi pengenalan identitas ini disaat ini sangat penting untuk membedakan ahlu sunnah wal jamaah yang sesungguhnya dengan ahlu sunnah wal jamaah yang palsu. Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan antara ahlu sunnah wal jamaah yang palsu dan yang ahli sunnah yang sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasn berikutnya.
Identitas yang kami maksud adalah:
1. Islam
2. Ahlu sunnah wal jamaah
3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
4. Shufiyyah
5. Pengikut salah satu 4 madzhab
Seseorang yang beraqidah yang benar adalah seorang muslim, sunni, asy’ari, shufi dan bermadhab.
Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.
Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran akidah seorang muslim harus dilanjutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlu sunnah wal jamaah .
Dan dengan jawaban sebagai muslim ahlu sunnah wal jamaah saja ternyata belum cukup karena adanya pemalsu-pemalsu ahlu sunnah wal jamaah yang mereka adalah musuh-musuh ahlu sunnah wal jamaah. Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar bahwa dirinya adalah pengikut ahlu sunnah wal jamaah Asy’ariyah.
Dan orang yang mengatakan dirinya sebagai Asy’ariy atau pengikut Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata belum cukup,
sebab ada sekelompok orang yang sepertinya mengagungkan Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata mereka adalah musuh-musuh Abul Hasan Al Asy’ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan yang benar adalah mereka yang berani mengatakan dirinya adakah pengikut para Ahli Tasawuf (shufiyyah) di dalam ilmu mendekatkan diri kepada Allah. Maka seorang Asy’ari yang benar haruslah dia berkeinginan untuk menjadi seorang shufi dan mencintai ahli Tasawuf .
Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli tasawwuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai citra tasawwu.Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasawwuf. Adapun tasawuf adalah ilmu untuk membersihkan hati dalam irama mencari ridho Alloh.
Maka sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawwuf biarpun dia mengaku ahlusunnah dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy’ari.
Dan yang terakhir adalah identitas ahlu sunnah wal jamaah di dalam masalah fiqih mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam Madzhab yang empat Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Bin Hambal. Dalam bahasa fiqh kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari imam 4 madhab.
Identitas terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir ini telah muncul orang yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah akan tetapi dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bahkan hingga sampai mencaci maki dan merendahkan para ulama-ulama yang bertaqlid. Maka bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah ahlu sunnah wal jamaah yang benar.
Maka orang sesat adalah orang yang mengaku Islam tetapi bukan ahlissunah, membenci asy’ariyah,membenci tasawwuf dan tidak mau bermadhab.Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yang beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan ummat.
2. Manhaj Talaqqi
Talaqqi adalah pengambilan ilmu dengan memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan, keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang semacam ini sangat berarti dalam irama menjaga dan mengkaji ahlu sunnah wal jamaah yang benar. Disini bukan berarti seseorang tidak boleh memperluas ilmu dengan cara membaca, akan tetapi disini lebih ditekankan kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yang benar yang diambil dari guru yang jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara dengan akal pikirannya ke berbagai disiplin ilmu atau untuk menelaah pemikiran-pemikiran aqidah yang berbeda.
Dan pada dasarnya cara ini sudah mengakar dan membudaya di lingkungan pesantren-pesantren salaf yang diasuh oleh para ulama dengan metode sorogan atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat perkalimat dari awal hingga akhir. Seperti yang sangat kita sering dengar dengan pengenalan kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam, Jauharotut tauhid dan yang lainnya yang secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari aqidah ahlu sunnah wal jamaah. Maka menjaga mata rantai dan kesinambungan keilmuan seperti ini adalah sangat penting. Dan dalam pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para pendahulunya dan cara yang di anut oleh pendahulunya dalam mengambil lmu.
Ada 3 hal yang amat penting untuk kita cermati dalam masalah manhaj talaqqi terhadap kerusakan aqidah ahlu sunnah wal jamaah.
  1. Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah yang benar melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj talaqqi. Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa jika ada pesantren atau ada lembaga pendidikan yang tidak berpegang kepada manhaj talaqi sudah tidak ada lagi maka yang terjadi adalah mudah tercemar oleh aqidah yang sesat.
  2. Manhaj talaqqi masih di berlakukan akan tetapi itu hanya sekedar pembacaan rutin tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam. Hal ini akan menjadikan seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah yang sesat karena disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah yang mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan bertebaran melalui media-media yang saat ini menjadi lebih dekat kepada masyarakat seperti televisi, radio dan buletin-buletin yangsemua itu lebih mudah dibaca dengan bahasa lokal yang mudah di fahami seiring berkembangnya dunia tehnologi.Sementara penyeru kesesatanpu sangat gigih dalam menyebarkan kesesatan.
  3. Semangat ingin tahu kepada agama yang tinggi yang tidak dibarengi dengan bimbingan seorang guru dan hanya hanya mengandalkan kemampuannya dalam membaca buku-buku yang ditemukannya di toko-toko buku atau yang dibaca melalui internet.
Hal yang semacam inilah yang kami cermati telah benar-benar menjadikan aqidah kita semakin hari semakin keropos.
Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya membuat radio-radio,mencetak buku-buku murah dan gratis serta selebaran yang dibagi secara cuma-Cuma Sebagai contoh, di kebanyakan kota kabupaten penyebar aqidah sesat itu berusaha untuk mempunyai radio karena mereka yakin dengan adanya radio mereka bisa mempengaruhi masyarakat luas yang sebenarnya dihati mereka ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama. Dengan membuat stasiun radio ternyata tanpa kita sadari telah berpengaruh besar terhadap kesesatan.
Justru kita sebagai pembawa aqidah yang benar kita kurang berfikir maju untuk menguasai media informasi demi membendung arus penyesatan aqidah. Hubungannya dengan manhaj talaqqi yang kami sebut adalah kita jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan manhaj talaqqi. Dan kita harus berusaha agar media-media yang ada dan juga toko-toko buku bisa dipenuhi oleh orang-orang yang mempunyai aqidah yang benar dan menekuni manhaj talaqqi.Dan jangan membaca buku aqidah kecuali atas petunjuk guru yang mempunyai manhaj talaqqi.
Wallohu a’lam bishshowab.

Kefakiran Dapat Menimbulkan Kekufuran


Oleh : KH. Abdul Aziz Affandy (Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda)
Segala puji kita panjatkan kepada Alloh SWT. yang Maha Kaya, yang tidak membutuhkan apapun dan siapapun, yang hanya kepada-Nya lah kita meminta dan mengadu.
Sudah menjadi fitrah manusia datangnya cobaan, banyaknya kebutuhan menghampiri menjadikan hidup tidak seimbang, selera makan berkurang, susah tidur, dan bahkan waktu satu jam pun bagai setahun.

Cobaan berbagai kebutuhan ibarat seekor binatang buas dan liar. Kalau saja kita tidak bisa memeliharanya dia akan menjadi semakin buas dan liar sehingga timbul masalah besar. Begitu pula dengan cobaan kalau saja kita tidak bisa menghadapinya maka cobaan tersebut akan menimbulkan berbagai kemadaratan yang fatal bahkan kekufuran ancamannya.
Selaras dengan hadits Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan : “Hampir saja kefakiran menjadikan kekufuran“.

Memang kefakiran terkadang melunturkan keimanan seseorang. Banyak sekali contoh yang terjadi seperti orang miskin hanya karena butuh makan ia rela menjual keimanannya dengan sejumlah sembako atau yang hanya menginginkan kesehatan ia rela pergi ke rumah sakit misionaris kafir walaupun sebelum pulang ia terlebih dahulu menanggalkan keimanannya.

Tapi kalau kita sadar bahwa jati diri kita adalah sesungguhnya makhluk yang diliputi kebutuhan dan kekurangan, dan kita tahu bahwa hanya Allohlah yang Maha Kaya, yang tiada membutuhkan apapun, lalu kita berdo’a dan mengadu kepadaNya, dengan demikian menunjukkan bahwa kita membutuhkan kasih sayang Alloh yang Maha Pengasih kepada hamba-hambaNya yang akhirnya ibadah kita akan maksimal. Syaikh Ibnu ‘Athoillah dalam kitab al-Hikamnya berkata : “Terkadang bertambahnya kesempurnaan iman dapat kita temui dari timbulnya satu kebutuhan yang mana ini tidak ditemukan dalam ibadah puasa dan sholat“.

Sehingga bagi para Muridin (orang-orang yang hanya menghendaki keridloan Alloh) kebutuhan merupakan momen yang sangat indah untuk mendapatkan ridlo Alloh (kebahagiaan haqiqi). Ini juga berdasarkan komentar Syaikh Ibnu ‘Athoillah dalam al-Hikamnya hal.75 : “Datangnya kebutuhan merupakan i’ednya para Muridin“.

Bahkan orang yang diangkat derajatnya oleh Alloh dikarenakan telah berhasil melewati cobaan yang menerpanya. Seperti halnya kisah Nabi Ibrahim AS. yang ingin mempunyai keturunan sehingga ia terus berdo’a dan meningkatkan keimanan dan ibadahnya kepada Alloh SWT. Sampai puluhan tahun yang akhirnya tatkala usia istrinya tidak muda lagi yaitu genap 80 tahun, Nabi Ibrohim baru dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi utusan Alloh dan diangkat derajatnya dengan tanda kenabian dengan gelar Kholilulloh (Kekasih Alloh).

Oleh karena itu, cobaan janganlah menjadikan kita putus harapan untuk bisa tersenyum, karena dalam setiap cobaan disana ada senyuman seperti halnya dongeng si Kabayan yang suka tersenyum kalau sedang mendaki gunung terjal dan tinggi karena dia tahu bahwa di hadapannya akan ada jalan yang menurun. Pepatah bilang “dimana ada kesulitan, disana ada jalan”. Dalam Quran Surat al-Insyiroh ayat 5 Alloh berfirman :
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan“.

Jadi walau saja Alloh SWT. menghadapkan kita terhadap berbagai macam kebutuhan maka bergembiralah karena dibalik kebutuhan kita akan sadar bahwa kita adalah makhluk lemah yang membutuhkan Dzat yang Maha Kaya dan Maha Gagah yaitu Alloh SWT. Sehingga kita dapat memaksimalkan ibadah dan akhirnya kebahagiaan akan kita raih.
Semoga kita sebagai ummat mukmin dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian, Amiin.

Beda Pondok Modern, Pesantren Salaf dan Ponpes Salafi

PESANTREN SALAF
Pesanten Salaf adalah bentuk asli dari pesantren. Sejak pertama kali didirikan oleh Wali Songo, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf. Kata salaf berasal dari bahasa Arab السلف. Dari akar kata yang sama ada beberapa makna dari kata ‘salaf’ yang berbeda-beda.
Pengertian kata Salaf
  1. Salaf dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلُفٌ) dan suluf (سُلُوفٌ) bermakna kulit yang belum disamak atau samaknya tidak dianggap sah. Salaf bisa juga berarti wadah yang besar.
  2. Salif (سَلِف) dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلافٌ) bermakna kulit; ipar; yang lalu; sedikit; perbandingan.
  3. Salaf (سَلَف) dengan bentuk jamak aslaf (أَسْلافٌ), sallaf (سُلاَّفٌ), suluf ( سُلُف ) bermakna setiap pendahulu yakni ayah, kakek, nenek moyang dan kerabat dalam segi usia dan keutamaan.
  4. Salaf adalah setiap amal saleh yang dilakukan di masa lalu; atau apa yang telah lalu dari harga barang yang dijual. Dalam jual beli atau muamalah salaf berarti hutang yang tidak ada manfaatnya pada muqradh fih.
  5. Salaf soleh adalah ayah, kakek, nenek moyang yang dihormati.
  6. Salaf kholaf adalah generasi masa kini dan masa lalu.
  7. Madzhab Salaf adalah madzhabnya kalangan ulama terdahulu.
Kata Salaf dalam istilah Pesantren
Kata salaf dalam pengeritan pesantren di Indonesia dapat dipahami dalam makna literal dan sekaligus terminologis khas Indonesia. Secara literal, kata salaf dalam istilah pesantren adalah kuno, klasik dan tradisional sebagai kebalikan dari pondok modern, kholaf atau ashriyah.
Secara terminologi sosiologis, pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama saja kepada para santri. Atau, kalau ada ilmu umum, maka itu diajarkan dalam porsi yang sangat sedikit. Umumnya, ilmu agama yang diajarkan meliputi Al-Quran, hadits, fikih, akidah, akhlak, sejarah Islam, faraidh (ilmu waris Islam), ilmu falak, ilmu hisab, dan lain-lain. Semua materi pelajaran yang dikaji memakai buku berbahasa Arab yang umum disebut dengan kitab kuning, kitab gundul, kitab klasik atau kitab turots.
Metode Belajar Mengajar
Metode belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut. Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini.
Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan mayoritas adalah keilmuan agama.
Ciri Khas Kultural dan Administratif
Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren salaf yang tidak terdapat dalam pondok modern antara lain:
  1. Santri lebih hormat dan santun kepada kyai, guru dan seniornya.
  2. Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan biasanya bersifat non-fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau mengepel, dll.
  3. Dalam keseharian memakai sarung.
  4. Berafiliasi kultural ke Nahdlatul Ulama (NU) dengan ciri khas seperti fikih bermadzhab Syafi’i, akidah tauhid Asy’ariyah Maturidiyah, tarawih 20 rakaat plus 3 rokaat witir pada bulan Ramadan, baca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj.
  5. Sistem penerimaan tanpa seleksi. Setiap santri yang masuk langsung diterima. Sedangkan penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.
  6. Biaya masuk pesantren salaf umumnya jauh lebih murah dan tidak ada daftar ulang setiap tahunnya.
  7. Infrastruktur lebih sederhana.
Ciri Khas Kualitas Keilmuan
Santri pesantren salaf memiliki kualitas keilmuan yang berbeda dengan santri pondok modern antara lain sebagai berikut:
  1. Menguasai kitab kuning atau literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu agama.
  2. Menguasai ilmu gramatika bahasa Arab atau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i.
  3. Dalam memahami kitab bahasa Arab santri salaf memakai sistem makna gandul dan makna terjemahan bebas sekaligus.

PONDOK MODERN

Pondok modern adalah anti-tesa dari pesantren salaf. Sistem ini dipopulerkan pertama kali oleh Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang kemudian diduplikasi di pesantren lain yang memakai label modern. Pondok Modern disebut juga dengan pesantren kholaf (modern) sebagai akronim dari salaf atau ashriyah.
Metode Belajar Mengajar
  1. Umumnya memakai ssitem klasikal.
  2. Ilmu umum dan agama sama-sama dipelajari.
  3. Penekanan pada bahasa asing Arab dan Inggris percakapan.
  4. Penguasaan kitab kuning kurang.
  5. Sebagian memakai kurikulum sendiri seperti Gontor. Sedangkan sebagian yang lain memakai kurikulum pemerintah.
Ciri Khas Kultural dan Administratif
  1. Lebih disiplin dan lebih agresif.
  2. Mirip dengan sistem militer, santri senior mendominasi. Kekerasan menjadi budaya dalam memberi sanksi pada santri yunior.
  3. Sopan santun agak kurang.
  4. Pendaftaran dengan sistem seleksi sehingga tidak semua calon santri diterima.
  5. Biaya masuk umumnya lebih tinggi dari pesantren salaf.
  6. Ada daftar ulang setiap tahun layaknya sistem administrasi di sekolah.
Kualitas Keilmuan
  1. Pintar berbahasa Arab percakapan tapi kurang dalam kemampuan kitab kuning.
  2. Kemampuan membaca kitab gundul kurang.
  3. Kemampuan dalam ilmu fikih kurang.

PESANTREN SALAFI

Hati-hati! Pesantren Salafi berbeda jauh dengan pesantren salaf (tanpa ‘i’). Keduanya berbeda jauh bagaikan langit dan bumi. Pesantren Salafi adalah pesantren yang akidahnya menganut idelogi Wahabi Arab Saudi atau Yaman yang radikal. Akan tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya dengan Pesantren Salafi, bukan Pesantren Wahabi. Atau, Salafi Wahabi.
Kalau pesantren salaf lebih terkait dengan metode pendidikan yang berada di sebuah pesantren, sedangkan Pesantren Salafi lebih bermakna sebuah pesantren yang berideologi Wahabi atau Wahabi Salafi.
Akidah Pesantren Salafi
Akidah pesantren Salafi Wahabi sama dengan akidah gerakan Wahabi itu sendiri yang ciri khasnya sebagai berikut:
  1. Doktrin tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabi yang mengambil inspirasi dari Ibnu Taimiyah.
  2. Dalam bidang fikih merujuk pada madzhab Hanbali. Yang salah satu ciri khasnya yang menonjol adalah tidak ada qunut waktu shalat subuh, dan tidak najisnya kotoran hewan.
  3. Dalam persoalan hukum baru, mereka merujuk pada pandangan ulama fikih kontemporer mereka yaitu Abdullah bin Baz dan Ibnu Uthaimin.
  4. Menyebarkan ajaran kemurnian Islam seperti era Salafus Sholeh dan mengeritik keras praktik umat Islam yang dianggap tidak murni dengan label bid’ah, syirik, kufur.
  5. Praktik yang dianggap bid’ah dan syirik oleh Wahabi antara lain tahlil, ziyarah kubur, peringatan Maulid Nabi, peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan 1 Muharam.
  6. Menolak kritik dari luar dan menyebut pengeritiknya sebagai Syiah Rafidhah atau konspirasi Zionisme Yahudi atau Freemason.
  7. Ada dua tipe Salafi Wahabi yaitu Wahabi Arab Saudi dan Wahabi Yaman.
  8. Wahabi Arab Saudi cenderung pro pemerintah yang berkuasa sedang Wahabi Yaman cenderung anti-pemerintah dan lebih radikal. Kelompok teroris banyak berasal dari didikan Salafi Yaman ini di bawah pimpinan Muqbil Al-Wadi’iy.
*sumber : http://www.alkhoirot.com/beda-pondok-modern-dan-pesantren-salaf/

Penjelasan Sifat Wahdaniyyat

Arti Wahdaniyyat
Arti Wahdaniyyat menurut asal bahasa adalah satu tapi tidak menyerupai bilangan, baik bilangan terpisah (munfashil) atau bilangan pecahan (muttashil). Namun demikian untuk memudahkan pengucapan Wahdaniyyat kita sebut satu saja.
Bahasa satu di makhluk, pasti tidak akan lepas dari kam Muttashil dan kam Munfashil, seperti satunya buku, adalah gabungan dari beberapa lembar (kam Muttashil), dan buku itu sebagian dari beberapa buku yang sangat banyak (kam Munfashil), sehingga bagian yang terkecil pun seperti atom benda yang tak dapat dibagi lagi, itu pasti sebagian dari yang banyak, walaupun bukan dikatakan kam Muttashil.
Dalam al-Qur’an Alloh berfirman pada surat al-Maidah ayat 73 :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Alloh adalah salahsatu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Alloh/ Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu pasti orang-orang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
Dalam ayat diatas dikatakan bahwa Alloh bukan satu dari tiga (kam Munfashil), dan bukan pula bagian yang terkecil sehingga tidak dapat dibagi-bagi, sebab Alloh adalah yang Maha Besar, dan Maha Agung. Maka Alloh adalah Dzat yang Maha Esa yang Tunggal, tidak mempunyai bilangan, hanya boleh dikatakan satu, tapi berbeda pengertian dengan pengertian di makhluk. Juga tidak besar dan kecil tapi mempunyai sifat yang Maha Besar dan Maha Agung.
Isi Wahdaniyyat
Wahdaniyyat Alloh mempunyai tiga makna :
  • Wahdaniyyat fidz-Dzat (satu Dzatnya)
  • Wahdaniyyat fish-Shifat (satu sifatnya)
  • Wahdaniyyat fil-Af’al (satu pekerjaanNya)
1. Wahdaniyyat fid-Dzat mempunyai dua arti :
  • Wahdaniyyat fidz-Dzat mencabut kam Munfashil, Dzat Alloh tidak dua tidak tiga dst.
  • Wahdaniyyat fidz-dzat mencabut kam Muttashil, satunya Dzat Alloh bukan gabungan dari yang banyak.
2. Wahdaniyyat fish-Shifat mempunyai dua arti :
  • Wahdaniyyat fish-Shifat mencabut kam Munfashil. Selain Alloh tidak adaa yang mempunyai sifat ketuhanan, hanya Alloh saja yang mempunyai sifat ketuhanan.
  • Wahdaniyyat fish-Shifat mencabut kam Muttashil. Tiap-tiap sifat Alloh dari satu jenis isinya hanya satu, seperti qudrot Alloh hanya satu, sebab satunya qudrot Alloh mampu mewujudkan dan mentiadakan semua mumkinat.
3. Wahdaniyyat fil-Af’al mempunyai satu pengertian : yaitu mencabut kam Munfashil fil-Af’al, artinya di luar Alloh tidak adaa yang mampu mewujudkan atsar (hasil) kerja. Sedangkaat Wahdaniyyat fil-Af’al Kam Muttashil tidak tercabut karena pekerjaan Alloh banyak sebanyak yang dikerjakanNya.
Kesimpulan jumlah maqulat yang tercabut dengan sifat Wahdaniyyat ada lima Kam :
  • Kam Munfashil fidz-Dzat
  • Kam Muttashil fidz-Dzat
  • Kam Munfashil fish-Shifat
  • Kam Muttashil fish-Shifat
  • Kam Munfasil fil-Af’al

Golongan yang Menyimpang dari Af’alullah Mukhtar

Golongan yang menyimpang I’tikadnya dari Af’alullah ialah :
Kafir Fulasifah, yang mengi’tikadkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan makhluk adalah buatan Alloh, hanya Dzat Allohnya bersatu dengan alam, sehingga mereka menyebutkan bahwa alam itu Qodim.
Kafir Najjariyah, yang mengi’tikadkan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan makhluk itu hasil pekerjaan Alloh yang mukhtar, namun apabila sesuai dengan ikhtiar makhluk itu buatan makhluk, apabila tidak sesuai dengan ikhtiar makhluk itu buatan Alloh.
Kafir Mu’tazilah, yang mengi’tikadkan bahwa seluruh kebaikan itu adalah ciptaan Alloh, tapi kalau seluruh kejelekan adalah buatan makhluk, mereka berdalil dengan firman Alloh dalam surat an-Nisa ayat 79 :

… مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنْ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Artinya : Apa saja kebaikan yang kami peroleh adalaah dari Alloh, dan apa saja seluruh kejelekan (kesalahan) itu diperoleh dari dirimu sendiri.

Padahal ayat ini menurut Ahlus-Sunnaah adalah ayat kesopanan, jangan sampai ada fenomena-fenomena yang tidak baik disandarkan kepada Alloh, karena pada dasarnya yang mengerjakan kebaikan itu adalah Alloh. Sebagaimana firman-Nya dalam ayat sebelumnya (an-Nisa) ayat 78 :

… قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ …

Artinya : Katakanlah olehmu, bahwa seluruh kejadian (kebaikan atau kejelekan) adalah buatan Alloh.
Kafir Thoba’iyyah, yang mengi’tikadkan bahwa dengan kebiasaan sesuatu (watak makhluk) bisa menghasilkan atsar kerja, seperti adanya hangus karena adanya api.
Kafir Jabbariyyah (kaafir Zindik), yang mengi’tikadkan bahwa makhluk tidak mempunyai daya ikhtiar, semua yang terjadi dan menjadi adalah buatan Alloh.
Kafir Qodariyyah terbagi dua golongan :
  • Yang mengi’tikadkan bahwa makhluk mempunyai atsar kerja dan hasil pekerjaannya diperoleh kerja dengan Alloh
  • Yang mengi’tikadkan bahwa makhluk mempunyai atsar kerja (kemampuan), namun kemampuannya merupakan pemberian dari Alloh
Golongan ahli Bid’ah, yang mengi’tikadkan bahwa adat mempunyai kekuatan yang dititipkan oleh Alloh, seperti obat mampu menyembuhkan, yang kemampuannya titipan dari Alloh.
Mukmin Jahil (bodoh), yang mengi’tikadkan bahwa seluruh kejadian adalah buatan Alloh hanya dalam Af’alulloh Mukhtar yang ada persambungan adatnya, mereka memastikan tidak ada kegagalan adat.
I’tikad ahlussunah sebagaimana diterangkan di atas, Alloh mewajibkan ikhtiar kepada seluruh manusia semaksimal mungkin, tapi bila tidak berhasil itu berarti Af’alulloh Mukhtar menjadi Mudthor, karena persambungan ‘adat mumkin gagalnya.
Dan ingatlah, aqidah ahlisunnah adalah yang terhimpit antara i’tikad-i’tikad yang batil, seperti telah difirmankan Alloh dalam surat an-Nahl ayat 66 :

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Artinya : Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajarn bagi kamau. Kami memberimu minum dari apa yang berada didalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

Ditulis ulang dari buku ‘Aqidah Islamiyyah, KH. Choer Affandi, Miftahul Huda Tasikmalaya

Amanat Uwa Ajengan KH. Khoer Affandi

Amanat Uwa Ajengan KH.Khoer Affandi.(alm)
1. Sholat awal waktu ber jama’ah
2. Jangan berhenti mencari ilmu
3. Jangan terjun ke dunia politik
4. Jangan berhenti mencari teman
5. Pertahankan aqidah ahlussunnah wal jama’ah
6. Lamun hayang maju ulah euren mikir
7. Lamun hayang maju kudu daek cape
8. Ulah embung di sebut bodo
9. Ulah embung di sebut sahandapeun
10. Sagala anu tumiba kadiri gara-gara diri
11. Ubar diri aya di diri
12. Owoh nu nyaah kana diri kajaba anu boga diri
13. Harga diri kumaha diri
14. Ari ngitung kudu tihiji, ulah hayang ujung ujung angka salapan
15. Mun nyien pondasi tong sok waka mikiran kenteng
16. Senajan teu lumpat tapi ulah cicing
17. Sagede-gedena jalan syare’at,ulah matak ngurangan tawakal ka Alloh
18. Tong leumpang dina hayang,tong cicing dina embung,tapi kudu leumpang dina kudu, kudu euren dina ulah
19. Tong lesot hate tina eling ka Alloh dina kaayaan kumaha wae,sedih,susah jg bungah
20. Sarebu sobat saeutik teuing,hiji musuh loba teing
Terjemah Indonesia point 6 – 20,
6. Kalau mau maju jangan berhenti berfikir
7. Kalau mau maju harus mau capek
8. Jangan tidak mau disebut bodoh
9. Jangan tidak mau disebut lebih bawah (pangkat, usia, umur dll)
10. Segala yang terjadi pada diri kita adalah karena kita
11. Obat hati ada di hati
12. Tak ada yang sayang sama diri kita kecuali kita sendiri
13. Harga diri itu tergantung bagaimana diri
14. Jika berhitung harus dimulai dari angka satu, jangan tiba-tiba maunya langsung angka sembilan
15. Kalau membuat pondasi rumah jangan pikirkan dulu masalah genteng nya
16. Walaupun tidak berlari tapi janganlah berhenti
17. Sebesar-besarnya jalan syari’at, jangan sampai mengurangi tawakal kepada Allah swt.
18. Jangan berjalan selagi mau, jangan diam selagi enggan. Tapi berjalanlah karena harus, dan harus berhenti karena larangan
19. Jangan sampai melupakan Allah swt dalam keadaan apapun sedih, susah, senang
20. Seribu teman terlalu sedikit, tapi satu musuh itu terlalu banyak

Mengenal Lebih Dekat Uwa Ajengan Khoer Affandi

KH. Choer Affandi bernama kecil Onong Husen, lahir pada hari Senin tanggal 12 September 1923 M di kampung Palumbungan Desa Cigugur Kecamatan Cigugur Kewedanan Cijulang Ciamis, dari Pasangan Raden Mas Abdullah bin Hasan Ruba’I yang masih mempunyai keturunan Raja Mataram dan Siti Aminah binti Marhalan yang mempunyai keturunan dari Wali Godog Garut. KH. Choer Affandi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, beliau mempunyai kakak yang bernama Husein (Darajat) dan seorang adik perempuan yang bernama Husnah (Emih) Menurut KH. Abdul Fatah (Aa), dalam darah Onong Husen mengalir darah bangsawanan dan darah ulama yang dominan dalam membentuk kepribadian KH. Choer Affandi. Hal ini, terbukti dengan sikap Uwa yang sangat tertarik pada ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum.
Pada waktu itu ayah KH. Choer Affandi adalah pegawai Belanda. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi neneknya yang bernama Haesusi terhadap KH. Choer Affandi, sehingga setelah Onong Husen menamatkan pendidikan umumnya di HIS, maka pada tahun 1936 M neneknya membujuk Onong untuk mengaji di Pesantren KH. Abdul Hamid.
Pesantren Tempat Uwa Ajengan Mendalami Ilmu 12 Fan
  1. Fan Tauhid, dari Pesantren Cipancar Cigugur Ciamis dan dari KH. Abdul Hamid, Pangkalan Langkap Lancar Ciamis.
  2. Fan Fiqih, dari Cikalang Tasikmalaya.
  3. Fan Alat, kitab-kitab ‘Ibtida di Sukamanah Singaparna, kitab-kitab Tsanawi di KH. Masluh (Alumni Sukamanah) Legok Ringgit Singaparna dan, kitab-kitab Ma’hadul ‘Aly di Lewisari Paniis Singaparna.
  4. Tafsir/ Asmaul Husna, dari KH. Ahmad Sanusi, Guyung Puyuh Sukabumi (pesantren tempat Uwa Ajengan menerima Ilham nama pesantren Wanasuka).
  5. Suluk/ Falak, dari KH. Tuan Manshur Jembatan Lima, Grogol Jakarta Barat.
  6. Ruhul Jihad, dari KH. Zaenal Musthofa, Singaparna Tasikmalaya (Uwa Ajengan di didik Ruhul Jihad oleh gurunya sejak mulai ngaji Jurmiyah).
  7. Faroidh (ilmu waris), dari KH. Mahfudz, Babakan Tipar Sukabumi.
  8. Qur’an/ Tazwid, dari daerah Cigeureung Kota Tasikmalaya sebelah Utara.
Perjuangan Uwa Ajengan dalam Mengemban Da’wah
Uwa Ajengan memasuki masyarakat biasa dan selalu tidak luput daripada mencari murobby. Yang dimaksud dengan mencari murobby adalah betapa sulitnya menjadi hamba Alloh yang sebenarnya. Inilah salah satu bentuk kerendahan hati Uwa yang patut jadi perhatian kita bersama.
KH. Abdul Fatah (Aa) merupakan anak sulung dari Uwa. Setelah Aa dewasa, Aa diangkat jadi ajudan terakhir dan sekretaris pribadi KH. Choer Affandi, hingga hembusan nafas terakhir Uwa di RSHS Bandung.
Ketika itu yang menyaksikan langsung adalah Aa dan Umi Hj. Sofiyah. Aa bertindak sebagai pendamping Uwa dhohir dan batin. Pendamping batin maksudnya supaya Uwa utuh menghadap Alloh sebagai al-alim, al-almah dan al-waro’.
Aa berada di posisi kanan Uwa, dan Umi di sebelah kiri Uwa. Umi talkin kepada Uwa dengan kata-kata: “Pa, bade mangkat menghadap Alloh mah sing buleud, ulah melang kana hanca pamurukan, putra, putu, mantu sanggup neraskeun.”
Inilah benar-benar Uwa istri sebagai mujahidah, mujahidah yang merupakan ciri dari muhibbin sesuai dalam arti kelembagaan. Mulyana Uwa istri seperti mujahid kaljasa dilwahid dengan Uwa yang tidak ada kecanggungan, sama-sama dalam jalur minalloh, ‘alalloh, ilalloh, fillah.
Talkin Aa ka Uwa : “Maaf beribu maaf ka Alloh, hakekat ka Alloh” bari dicepeng taarna.
“Apa yakinkeun kupangersa moal muntah tina title apa ti Alloh sebagai mujahid, muhajjir, muhibbin, kalayan engke ngahisina apa tos janten urang akherat, ayeuna mah ngawujud aqli anu sangat dirahasiakan oleh Alloh (kecuali yang telah diberi tahu, yang se-thoriqoh).”
Saur apa (Uwa) : “Apa alim menghadap Alloh di ieu tempat (RSHS) tapi mau di Miftahul Huda”. Uwa selalu mengatakan : “Hayu urang balik, embung di dieu, hayang di pasantren”.
Dan ketika apa (Uwa) menghembuskan nafas terakhir, Aa mengucapkan Alhamdulillah, karena beliau pergi menghadap Alloh dengan tersenyum, yaitu pada hari Jum’at pukul 21.30.
*bersambung…
Disadur dari buku “Uwa Ajengan“, KH. Abdul Fattah, Galuh Nurani 2013

Mantapkan Tauhid




ISTIGHOSAH



ياأرحم الراحمين ۰۞۰ ياأرحم الراحمين
ياأرحم الراحمين ۰۞۰ فرج علی المسلمين

He Dzat Anu Welas Asih
He Dzat Anu Welas Asih
Mugi Gusti ngalenglangkeun
Kabingung ummat muslimin

ياربنا ياگريم ۰۞۰ ياربنا يارحيم
أنت الجواد الحليم ۰۞۰ وأنت نعم المعين

Nun Gusti abdi sadaya
Nu kagungan sifat Rohim
Anu Bageur Anu Asih
Pangsaena Nu Nulungan

وليس نرجو سواك ۰۞۰ فادرك إلهي دراك
قبل الفنا والهلاك ۰۞۰ يعم دنيا ودين

Abdi henteu ngarep-ngarep
Kalianti Dzat Pangeran
Mugi enggal ditepangkeun
Sareng karaton Pangeran

Memeh ruksak alam dunya
Karuksakan alam dunya
Jeung karuksakan agama
Di dunya ku kadoliman

ومالنا ربنا ۰۞۰ سواك ياحسبنا
ياذاالعلا والغنی ۰۞۰ وياقوي يامتين

Teu aya panyalindungan
Salianti Dzat Pangeran
He Dzat Anu Sok nyukupan
Nu Kagungan Kaluhuran

He Dzat Anu Maha Beunghar
Anu teu butuh ka makhluk
Anu Gagah jeung Perkasa
Ngaruntuhkeun kakufuran

نسألك والی يقيم ۰۞۰ العدل گی نستقيم
علی هداك القويم ۰۞۰ ولا نطيع اللعين

Abdi neda kagamparan
Pamingpin anu ngadegkeun
Kana hukum kaadilan
Di dunya anu nguatan

Kana istiqomah abdi
Nyekel hidayah gamparan
Abdi bade teu nuturkeun
Ka kafir anu dibendon

ياربنا يامجيب ۰۞۰ أنت السميع القريب
ضاق الوسيع الرحيب ۰۞۰ فانظر إلی المؤمنين

Duh Pangeran Nu ngijabah
Nu ngadangu Anu caket
Kaayaan atos rupek
Ningali jalma mu’minin

نظرة تزيل العنا ۰۞۰ عنا وتدنی المنا
منا وکل الهنا ۰۞۰ نعطاه فی کل حين

Paningali nu ngilangkeun
Kana sakur kahinaan
Paningali nu ngilangkeun
Kana sakur karupekan

Nu nyaketkeun pangharepan
Dipasihan kagampangan
Anu leres ceuk gamparan
Dina saban-saban zaman

اسئلك بجاه الجدود ۰۞۰ والی يقيم الحدود
فينا ويکفی الحسود ۰۞۰ ويدفع الظالمين

Abdi neda kagamparan
Ku agungna nu taremen
Pangurus anu nangtungkeun
Ka undang-undang gamparan

Nu ngilangkeun paharaman
Anu nolak kadoliman
Hingga luhur kaadilan
Dina agama Pangeran

يزيل للنگرات ۰۞۰ يقيم للصلوات
يأمر بالصالحات ۰۞۰ محب للصالحين

Nu ngilangkeun pamungkaran
Nu ngadegkeun kana sholat
Marentah kemaslahatan
Anu cinta ka sholihin

يزيح کل الحرام ۰۞۰ يقهر کل الطغام
يعدل بين الانام ۰۞۰ ويؤمن الخالفين

Nu ngilangkeun paharaman
Anu nolak kalacutan
Adil tengah-tengah ummat
Nyalametkeun kanu sieun

رب اسقنا غيث عام ۰۞۰ نافع مبارك دوام
يدوم فی کل عام ۰۞۰ علی ممر السنين

Nun Gusti mugi nurunkeun
Kana hujan saban taun
Manfa’at sareng berkahna
Dina saban-saban taun

رب احينا شاکرين ۰۞۰ وتوفنا مسلمين
نبعث من الآمنين ۰۞۰ فی زمرة السابقين

Mugi Gusti ngahirupkeun
Ka abdi bari syukuran
Mugi Gusti ngamaotkeun
Bari mawa keislaman

Sareng mugi ngahudangkeun
Ti kubur bari Selamet
Tina siksaan Pangeran
Sareng golongan sabiqin

بجاه طه الرسول ۰۞۰ جد ربنا بالقبول
وهب لنا کل سول ۰۞۰ رب استجب لی امين

Nun Gusti mugi narima
Sareng pamugi masihan
Ku kaagungan Rosul-Na
Panyuhunkeun abdi amin

عطاك ربی جزيل ۰۞۰ وکل فعلك جميل
وفيك املنا طويل ۰۞۰ فجد علی الطامعين

Pamasihan Gusti Agung
Padamelan Gusti sae
Abdi tukang ngarep-ngarep
Mugi Gusti sing bageuran

يارب ضاق الخناق ۰۞۰ من فعل مالا يطاق
فامنن بفك الغلاق ۰۞۰ لمن بذنبه رهين

Nun Gusti seueur tarekah
Teu kiat abdi midamel
Mugi enggal dibukakeun
Lawang putuh kaislaman

واغفر لکل الذنوب ۰۞۰ واستر لکل العيوب
واکشف لکل الکروب ۰۞۰ واکف أذی المؤذيين

Nun Gusti muga ngampura
Sareng pamugi nutupan
Nun Gusti mugi lenglangkeun
Sareng pamugi ditolak

Kana sakur-sakur dosa
Kana sakur kaaeban
Tina sakur kabingungan
Pilar nu milaraan

واختم بأحسن ختام ۰۞۰ إذا دنی الإنصرام
وحان حين الحمام ۰۞۰ وزاد رشح الجبين

Nun Gusti mugi masihan
Sae dina panungtungan
Dina sakarotul maot
Husnul khotimah pasihan

ثم الصلاة والسلام ۰۞۰ علی شفيع الأنام
والآل نعم الکرام ۰۞۰ والصحب والتابعين

Terus rohmat sareng salam
Tetep kanu nyafaatan
Sareng kakulawargina
Sareng sohabat tabi’in

الحمد لله رب العالمين
و الصلاة و السلام على محمد سيد المرسلين و على اله و صحبه اجمعين

SUNDA SYAHADATAIN, PATOKAN MA’RIFAT, TASHDIQ SARENG SEGAT TASDIQ


أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلهَ إِلَّا اللهُ – وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

أشهد : Neqadkeun abdi kalayan ma’rifat sareng tashdeq.
 أن: Kana saestuna kalakuan sareng tingkah.
 لا اله: Teu aya deui Pangeran anu maojud anu wajib diibadahan anu haq dito’atan parentah sareng laranganana.
 الا الله: Anging Gusti Allah.
 و أشهد: Sareng neqadkeun abdi kalayan ma’rifat sareng tashdeq.
 أن محمدا: Kana saestuna Kanjeng Nabi Muhammad.
 رسول الله: Eta utusan Allah.
Ari patokan Ma’rifat eta kieu:
ٳدراك جازم بحيث لايقع معه تردد موافق للواقع ناسع عن دليل
Hartosna:Pamanggih anu jazim nu teu keuna owah gingsir anu akur jeung buktina nu timbul tina alesan.
Ari patokan Tashdeq eta kieu:
مع الإدعان و القبول
Hartosna: Dibarengan pangakuan sarta panarimaan.
Ari Shegat tashdeq eta kieu:
رضيت بالله ربا و بالاسلام دينا و بمحمد نبيا و رسولا و بالقرآن إماما و بالمؤمنين إخوانا
Hartosna:
 رضيت: Ridlo abdi
 بالله: Ka Gusti Allah
 ربا: Abdi mangeran
 و بالاسلام: Sareng kana agama Islam
 دينا:  Abdi ngaagami
 و بمحمد: Sareng ka Kanjeng Nabi Muhammad
 نبيا: Abdi nganabi
 و رسولا: Sareng abdi ngarosul
 و بالقرآن: Sareng kana Al-Quran
 إماما: Dipake padoman
 و بالمؤمنين: Sareng ka jalmi anu iman
 إخوانا: Abdi duduluran.

NADZOM SYAHADATAIN

Syahadat dua bagian
Kahiji Syahadat syar’an
Kadua Syahadat Munjin
Kade kudu telik pisan,
Ta’rifna Syahadat Syar’an
Kadar-kadar nu ngucapkeun
Kalimah Syahadataen
Henteu nilik patekadan,
Manfaat Syahadat Syar’an
Bisa disebut mu’minin
Mungguh hukum kadunyaan
Kaya halal peupeuncitan,
Halal ditikahkeunana
Ka jalma anu Islamna
Jeung halal nampa warisna
Ti jalma anu Islamna,
Ari mungguhing Allahna
Jeung mungguhing akheratna
Kudu terus jeung munjina
Engke penjelasanana,
Kanjeng nabi tos nyaurkeun
Anjeun kudu ngahukuman
Ku dzohirna caritaan
Jeung dzohirna kalakuan,
Jeung teu kudu ngahukuman
Nu dina hate disimpen
Da taya nu uningaeun
Salian ti Dzat pangeran,
Lamun dzohir kalakuan
Atawa dzohir ucapan
Aya anu ngabatalkeun
Nu disebut pamurtadan,
Batal Syahadat Syar’anna
Sanajan ngucapkeunana
Kana kecap Syahadatna
Laku ucap nu murtadna,
Kaya asup ka gareja
Dibarengan ku ngahaja
Atawa nyembah berhala
Kaya patung nu baheula,
Ta’rifna syahadat munjin
Eta jalma nu ngucapkeun
Kalimah Syahadataen
Dibarengan patekadan,
Teqad anu ma’rifatna
Jeung teqad anu Tashdeqna
Netepan kana syaratna
Ma’rifat reujeung Tashdeqna,
Ari syahadat ma’rifatna
Kudu kumpul nu opatna
Kahiji teqad jazimna
Pateqadan nu yaqinna,
Lain teqad nu raguna
Atawa dugaanana
Anu teu aya mangmangna
Tapi gilig jeung yaqinna,
Ari syarat kaduana
Teu keuna owahgingsirna
Moal barobah teqadna
Hingga dugi ka maotna,
Lamun neqadkeun ayeuna
Sabot usum jeung baturna
Jaga mah kumaha engkena
Mumkin teqad rek robahna,
Kafirna teh ti ayeuna
Da arek owah gingsirna
Henteu jadi ma’rifatna
Mungguhing Gusti Allah-na,
Syarat anu katiluna
Anu diteqadkeunana
Kudu akur jeung buktina
Henteu nyalahan sifatna,
Sifat ceuk Ahli Sunnahna
Nu aya Quran Hadistna
Teu salah metakeunana
Akur reujeung ‘Aqo’idna,
Margi kitu diwajibkeun
Nu hayang Syahadat Munjin
Nyaho kana ‘Aqo’id Iman
Bisis jeung ‘Aqo’id nyalahan,
Lamun jazim jeung teqadna
Yen Allah Pangeranana
Yen Muhammad teh Rosulna
Ngan teu akur jeung buktina,
Allah nu nyurup na badan
Bumi langit panyurupan
Di dinya Allah nyicingan
Atawana dihijikeun,
Eta teqad nyulayaan
Reujeung buktina Pangeran
Da Allah henteu butuheun
Kana tempat pingancikeun,
Nu kitu salah teqadna
Henteu akur jeung buktina
Henteu sah Iman Islamna
Mungguhing Gusti Allahna,
Syarat anu kaopatna
Kudu terang kana dalilna
Anu teu terang dalilna
Eta teu sah ma’rifatna,
Ari ceuk Ibnu ‘Arobiy
Jeung pendapat Syeh Sanusi
Anapon ceuk Syeh Dasuki
Taya dalil Ma’rifat jadi,
Dalil kadar kawajiban
Lain syarat kama’rifatan
Pikeun jalma nu kadugaeun
Kana dalilna mikirkeun,
Kadua Syahadat Munjin
Kudu tashdeq nu ngucapkeun
Tashdeq aya dua rukun
Kahiji rukun Idz Dzi’an,
Idz Dzi’an eta ngakukeun
Ka Allah kuring mangeran
Ku Muhammad dinabian
Muhammad teh Rosul kuring,
Rukun tashdeq kaduana
Nyaeta kukdu Qobulna
Narima ajaranana
Ti Allah jeung ti Rosul-Na,
Mun can bisa ngalakonan
Tapi hate mah nampanan
Rumaos kalelepatan
Eta qobul sahna Iman.

NADZOM SYAHADATAIN

Syahadat dua bagian
Kahiji Syahadat syar’an
Kadua Syahadat Munjin
Kade kudu telik pisan,
Ta’rifna Syahadat Syar’an
Kadar-kadar nu ngucapkeun
Kalimah Syahadataen
Henteu nilik patekadan,
Manfaat Syahadat Syar’an
Bisa disebut mu’minin
Mungguh hukum kadunyaan
Kaya halal peupeuncitan,
Halal ditikahkeunana
Ka jalma anu Islamna
Jeung halal nampa warisna
Ti jalma anu Islamna,
Ari mungguhing Allahna
Jeung mungguhing akheratna
Kudu terus jeung munjina
Engke penjelasanana,
Kanjeng nabi tos nyaurkeun
Anjeun kudu ngahukuman
Ku dzohirna caritaan
Jeung dzohirna kalakuan,
Jeung teu kudu ngahukuman
Nu dina hate disimpen
Da taya nu uningaeun
Salian ti Dzat pangeran,
Lamun dzohir kalakuan
Atawa dzohir ucapan
Aya anu ngabatalkeun
Nu disebut pamurtadan,
Batal Syahadat Syar’anna
Sanajan ngucapkeunana
Kana kecap Syahadatna
Laku ucap nu murtadna,
Kaya asup ka gareja
Dibarengan ku ngahaja
Atawa nyembah berhala
Kaya patung nu baheula,
Ta’rifna syahadat munjin
Eta jalma nu ngucapkeun
Kalimah Syahadataen
Dibarengan patekadan,
Teqad anu ma’rifatna
Jeung teqad anu Tashdeqna
Netepan kana syaratna
Ma’rifat reujeung Tashdeqna,
Ari syahadat ma’rifatna
Kudu kumpul nu opatna
Kahiji teqad jazimna
Pateqadan nu yaqinna,
Lain teqad nu raguna
Atawa dugaanana
Anu teu aya mangmangna
Tapi gilig jeung yaqinna,
Ari syarat kaduana
Teu keuna owahgingsirna
Moal barobah teqadna
Hingga dugi ka maotna,
Lamun neqadkeun ayeuna
Sabot usum jeung baturna
Jaga mah kumaha engkena
Mumkin teqad rek robahna,
Kafirna teh ti ayeuna
Da arek owah gingsirna
Henteu jadi ma’rifatna
Mungguhing Gusti Allah-na,
Syarat anu katiluna
Anu diteqadkeunana
Kudu akur jeung buktina
Henteu nyalahan sifatna,
Sifat ceuk Ahli Sunnahna
Nu aya Quran Hadistna
Teu salah metakeunana
Akur reujeung ‘Aqo’odna,
Margi kitu diwajibkeun
Nu hayang Syahadat Munjin
Nyaho kana ‘Aqo’id Iman
Bisis jeung ‘Aqo’id nyalahan,
Lamun jazim jeung teqadna
Yen Allah Pangeranana
Yen Muhammad teh Rosulna
Ngan teu akur jeung buktina,
Allah nu nyurup na badan
Bumi langit panyurupan
Di dinya Allah nyicingan
Atawana dihijikeun,
Eta teqad nyulayaan
Reujeung buktina Pangeran
Da Allah henteu butuheun
Kana tempat pingancikeun,
Nu kitu salah teqadna
Henteu akur jeung buktina
Henteu sah Iman Islamna
Mungguhing Gusti Allahna,
Syarat anu kaopatna
Kudu terang kana dalilna
Anu teu terang dalilna
Eta teu sah ma’rifatna,
Ari ceuk Ibnu ‘Arobiy
Jeung pendapat Syeh Sanusi
Anapon ceuk Syeh Dasuki
Taya dalil Ma’rifat jadi,
Dalil kadar kawajiban
Lain syarat kama’rifatan
Pikeun jalma nu kadugaeun
Kana dalilna mikirkeun,
Kadua Syahadat Munjin
Kudu tashdeq nu ngucapkeun
Tashdeq aya dua rukun
Kahiji rukun Idz Dzi’an,
Idz Dzi’an eta ngakukeun
Ka Allah kuring mangeran
Ku Muhammad dinabian
Muhammad teh Rosul kuring,
Rukun tashdeq kaduana
Nyaeta kukdu Qobulna
Narima ajaranana
Ti Allah jeung ti Rosul-Na,
Mun can bisa ngalakonan
Tapi hate mah nampanan
Rumaos kalelepatan
Eta qobul sahna Iman.